Kamis, 21/11/2019 16:55 WIB
Tradisi Pakande-Kandea.Tradisi pakande-kandea yang digelar dalam rangkaian Festival Keraton Masyarakat Adat (FKMA) ASEAN VI di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, meraih penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas sajian pakande-kandea sepanjang 3 kilometer atau mengelilingi Benteng Keraton Buton.
Tradisi pakande-kandea merupakan tradisi makan bersama dalam meja panjang yang melibatkan unsur hiburan dan ritual, serta terdapat interaksi sosial, politik, dan budaya di dalamnya.
Dikutip dari situs Kemendikbud, khusus di Kabupaten Buton, terdapat tiga etnis yang masih secara rutin melaksanakannya, yaitu etnis Cia-Cia, Muna (Pancana), dan Wolio.
Pada zaman dulu, pakande-kandea merupakan tradisi untuk menyambut pulangnya para laskar Kesultanan Buton dari medan perang.
Para gadis bersiap dengan makanannya untuk menyuapkannya ke para anggota laskar yang lelah sebagai penghargaan atas perjuangan mereka di medan laga.
Di samping itu acara ini merupakan pula acara pertemuan muda mudi karena hanya pada acara seperti inilah remaja putera dan puteri memperoleh kesempatan bebas untuk saling pandang.
Penganugerahan rekor MURI diregister dengan nomor 9304/R.MURI/XI/2019, diserahkan Manager MURI Triono dan Chandra Riyadi kepada Wali Kota Baubau Dr AS Tamrin, didampingi Sekda Kota Baubau Dr Roni Muhtar, dan Kadis Pariwisata Baubau Ali Arham, bertempat di Lakeba Restauran and Beach Baubau, Rabu (20/11).
“Penghargaan ini tentu merupakan kebanggaan bagi kami, sekaligus menjadi spirit besar membangun Kota Baubau saat ini dan di masa-masa mendatang. Rekor MURI adalah inspirasi besar bagi pembangunan di daerah ini,” ujarnya, seperti yang dikutip dari Antara pada Kamis (21/11).
Wali Kota Baubau menerima penghargaan ini dengan penuh kegembiraan berliput rasa haru, karena kegiatan FKMA ditarget untuk pengembangan dunia pariwisata dan kebudayaan, serta dapat menopang pertumbuhan ekonomi warga Kota Baubau.
“Alhamdulillah, acara pakande-kandea mendapatkan apresiasi berupa penghargaan rekor dunia dari sebuah lembaga yang berkompeten untuk memberikan penghargaan. Tentunya ini juga patut kita mengucap syukur karena baru pertama kali pakande-kandea dilaksanakan seperti ini,” ungkap Wali Kota Baubau, AS Tamrin, usai menerima penghargaan itu.
Ia juga menghaturkan terima kasih kepada manajemen MURI yang telah berkenan melihat langsung dan memberikan penilaian atas kepantasan acara pakande-kandea hingga mendapatkan penghargaan tersebut.
“Pemkot Baubau tidak menargetkan untuk memecahkan atau meraih rekor MURI, kita hanya mengadakan acara pakande-kandea yang merupakan ritual budaya kita. Tapi penganugerahan ini menjadi motivasi bagi pemerintah dan masyarakat untuk ke depannya terus melestarikan budaya kita,” ujarnya.
Prosesi penyerahan penghargaan ini tentu terasa sangat menggembirakan sebab disaksikan langsung tetamu FKMA dari segenap Raja, Sultan dan permaisurinya, dengan beberapa petinggi Kota Baubau dalam acara semi formal, karena berangkai pula dengan perayaan Ulang Tahun ke-67 pribadi Wali Kota AS Tamrin.
Tamrin juga mengabarkan bila sehari sebelumnya Kota Baubau memperoleh penghargaan dari pemerintah Pusat sebagai Kota Sehat kategori Swastisaba Wiwerda yang diterima langsung Wakil Wali Kota La Ode Ahmad Monianse yang berlangsung di Kementerian Dalam Negeri di Jakarta.
“Semua ini adalah hasil kerja keras Pemkot Baubau dan dukungan masyarakatnya. Karena itu wujud kerja keras harus senantiasa ditopang dengan ketulusan dan keikhlasan. Oleh sebab itu saya ingin berterima kasih kepada semua pihak atas kerja keras kita semua,” katanya
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191121150702-269-450355/tradisi-menyuapi-prajurit-perang-khas-buton-dapat-rekor-muri